Selasa, 24 Januari 2017

Hegel: Filsuf Mazhab Idealisme Jerman (I)


Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831) hidup pada periode Idealisme Jerman, beberapa dekade setelah masa Immanuel Kant. Ia dikenal sebagai pemikir idealis yang paling sistematis di periode pasca-Kantian. Hegel melalui karya-karya dan ceramahnya  mencoba untuk menguraikan filsafat yang komprehensif dan sistematis dari titik permulaan mengenai logika.

Ia mungkin paling terkenal untuk penulisan sejarah secara teleologis, yang kemudian dilanjutkan dan dimodifikasi oleh Marx dan menjelma menjadi sebuah teori materialis dari perkembangan sejarah yang berpuncak pada komunisme.

Filsafat idealis di Jerman pasca Hegel (Beiser 2014) yang gerakan tersebut umumnya dikenal sebagai mazhab idealisme Jerman, efektif berakhir bersamaan dengan meninggalnya Hegel. Sejak revolusi dalam pemikian filsafat logika pada pergantian abad ke-20, aspek logika dari pemikiran Hegel telah dilupakan. Meskipun demikian, dalam filsafat sosial dan politik dan pandangan teologis, pemikiran Hegel tetap  diminati dan terus mendapatkan banyak dukungan. Sejak 1970-an, minat terhadap filsafat yang lebih umum dalam pemikiran sistematis Hegel telah dihidupkan kembali.

Biografi
Hegel lahir pada tahun 1770 di Stuttgart. tahun 1788-1793 ia menjadi mahasiwa di dekat Tübingen, belajar filsafat , dan kemudian teologi, dan bersahabat dengan penyair romantis Friedrich Hölderlin (1770-1843) dan Friedrich von Schelling (1775-1854), yang akan menjadi salah satu tokoh utama dalam perkembangan filsafat Jerman pada paruh pertama abad kesembilan belas. Persahabatan ini jelas memiliki pengaruh besar pada perkembangan filsafat Hegel.

Hegel mengabdikan dirinya untuk mengembangkan gagasan tentang tema-tema keagamaan dan sosial. Ia tampaknya menyadari bahwa di masa depan ia akan menjadi seorang tokoh pendidik yang membawa perubahan, setara dengan tokoh-tokoh era pencerahan Jerman seperti Lessing dan Schiller. 

Dipengaruhi oleh Hölderlin dan Schelling, ia tertarik pada filsafat kritis yang diprakarsai oleh Immanuel Kant (1724-1804) dan dikembangkan oleh J.G. Fichte (1762-1814). Pada 1790'an Universitas Jena telah menjadi pusat perkembangan filsafat kritis karena adanya K.L. Reinhold (1757-1823) dan kemudian Fichte, yang mengajar di sana sejak tahun 1794 sampai pemecatannya atas dasar ateisme pada akhir dekade.

Pada akhir 1806 Hegel telah menyelesaikan karya besarnya yang pertama, yang Phenomenology of Spirit (1807). Pada tahun 1808-1815 ia menjadi kepala sekolah dan guru filsafat di sebuah Gymnasiun (SMA) di Nuremberg. Selama waktunya di Nuremberg dia menikah dan memulai sebuah keluarga, dan kemudian menerbitkan karya berjudul Science of LogicPada tahun 1816 ia berhasil kembali menduduki posisi di universitas dengan diangkat sebagai filsafat di Universitas Heidelberg, tapi tak lama setelah itu, pada tahun 1818, pindah ke Universitas Berlin yang saat itu dikenal paling bergengsi posisi dalam dunia filsafat Jerman.

Sewaktu mengajar di Universitas Heidelberg, ia menerbitkan Encyclopaedia of the Philosophical Sciences, sebuah karya sistematis yang meringkas karya sebelumnya, Science of Logic. Di Berlin pada tahun 1821, Hegel menerbitkan karyanya utama dalam filsafat politik berjudul Elements of the Philosophy of Right, berdasarkan kuliah yang ia sampaikan sewaktu di Heidelberg.

Selama sepuluh tahun berikutnya hingga kematiannya pada tahun 1831, Hegel menikmati ketenaran di Berlin. Ia kemudian menerbitkan Ensiklopedia dalam bentuk versi berikutnya. Setelah kematiannya, beberapa karyanya mengenai filsafat sejarah, filsafat agama, estetika, dan sejarah filsafat turut diterbitkan.

Setelah kematian Hegel, bekas rekannya, Schelling, mendapatkan jabatan di Universitas Berlin. Hal ini disebabkan karena pemerintah saat itu ingin meng-counter filsafat Hegelian yang sudah menarik minat banyak mahasiswa saat itu. Setelah masa dimana Hegel dan Schelling bekerjasama, Schelling kemudian menjadi pengkritik pandangan filsafat Hegel. Selama Schelling mengajar di Berlin, ia membangun pandangan kritis terhadap filsafat Hegelian.

Hegel dalam pemikiran politiknya telah menjadi pendukung politik progresif yang bersifat non-revolusioner. Ia memiliki pengikut yang terbagi dalam beberapa kelompok pemahaman (Toews 1985). Kelompok Kiri yang diwakili oleh Karl Marx mencoba mengembangkan pendekatannya dalam mengkaji masyarakat dan sejarah yang dipengaruhi oleh pemikiran Hegel, yang kemudian menjadi filsafat materialisme.

Melalui kritik Schelling terhadap Hegel, pemikiran rasionalisme Hegel tersampaikan kepada kelompok eksistensialis di era berikutnya, diantaranya muncul dalam tulisan-tulisan Soren Kierkegaard yang turut menghadiri kuliah Schelling. Interpretasi Schelling terhadap pemikiran Hegel selama bertahun-tahun telah membantu generasi berikutnya untuk memahami pemikiran Hegel. Schelling memberikan kontribusi dalam mengkonstruksi pemahaman ortodoks atau tradisional Hegel sebagai pemikir metafisis.

Dalam filsafat akademik, mazhab idealisme Hegelian tampak runtuh secara dramatis setelah tahun 1848, namun muncul kembali di Inggris dan Amerika Serikat dalam beberapa dekade terakhir abad kesembilan belas melalui T.H. Green dan F.H. Bradley yang mengembangkan ide-ide metafisik yang memiliki kaitan dengan pemikiran Hegel.

Ketika munculnya gerakan filsafat analitik oleh Bertrand Russell dan G.E. Moore, kedua tokoh ini mengkritik habis-habisan pemikiran Hegel. Russell beranggapan bahwa inovasi revolusioner dalam filsafat logika yang dimulai pada dekade terakhir abad ke-19 telah menghancurkan pandangan metafisika Hegel bersamaan dengan oleh penolakan terhadap logika Aristotelian.

Meskipun Hegel terpinggirkan dalam arus utama filsafat di ranah akademik, Ia tetap diminati  kajian dalam filsafat lainnya; misalnya dalam gerakan seperti eksistensialisme dan Marxisme. Di Perancis, filsafat Hegel telah memberi pengaruh kepada sejumlah filsuf, diantaranya Alexandre Kojève, Jean Hyppolite, Jean-Paul Sartre dan psikoanalis Jacques Lacan .

Di Jerman, minat terhadap pemikiran Hegel muncul kembali  dalam karya sejarah Wilhelm Dilthey. Elemen-elemen Hegelian turut memengaruhi pendekatan para pemikir mazhab Frankfurt seperti sebagai Theodor Adorno, Jürgen Habermas, juga muncul dalam pendekatan hermeneutik Heidegger yang dipengaruhi H.-G. Gadamer.

Pada tahun 1960, filsuf Jerman Klaus Hartmann mengembangkan pendekatan baru yaitu interpretasi non-metafisik atas Hegel. Hartmann bersama dengan Dieter Henrich dan yang lainnya berperan penting dalam bangkitnya minat terhadap Hegel dalam filsafat akademik.


Di kuartal terakhir abad ke-20, minat yang serius terhadap filsafat Hegel terus berkembang. Hal ini ditandai dengan lahirnya karya-karya penting yang ditulis oleh H.S. Harris, Charles Taylor, Robert Pippin dan Terry Pinkard di Amerika Utara, dan Stephen Houlgate dan Robert Stern di Inggris.  Di akhir abad ke-20, sejumlah individu seperti Robert Brandom dan John McDowell telah mulai menganggap Hegel sebagai seorang filsuf modern yang penting.

Sumber: 
Paul Redding dalam Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2015.

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search