Bediuuzzaman Said Nursi |
Oleh: Akhsanul Khalis
Buku Biografi Intelektual
Bediuzzaman Said Nursi yang ditulis oleh Sukran Vahide, seorang sarjana
perempuan kelahiran Inggris, begitu detil menjelaskan perjalanan kehidupan intelektual
seorang Said Nursi yang hidup pada tranformasi Dinasti Utsmani menjadi Republik
Turki.
Said Nursi seorang ulama yang
berperan penting dalam menyelamatkan umat Islam di Turki selepas runtuhnya Imperium
Utsmani dari rongrongan kelompok sekular Kemalis. Beliau menjadi saksi hidup bagaimana
runtuhnya Kesultanan Turki Utsmani. Beliau yang mengambil peran di saat umat
Islam mulai disudutkan. Said Nursi memulai perannya melalui nilai-nilai
pendidikan Islam. Kehidupan dan karya Said Nursi cukup mengambarkan bagaimana
sejarah pasca runtuhnya kesultanan Utsmani. Dalam situasi ini, terlihat
masa-masa sulit dan genting yang dialami oleh ulama-ulama tradisional,
kegagalan gerakan reformasi Islam untuk memberi solusi Islam demi menghadapi
ancaman westernisasi, landasan filsafat barat dan politik nasionalisme-sekular
Turki.
Dalam pengantar buku ini
disebutkan bagaimana ulasan Sukran Vahide dalam memahami konteks tradisi
intelektual ilmu-ilmu Islam klasik semacam tafsir Al Quran, Sunnah, kalam,
sejarah dan mistisisme, Baiduzzaman Said Nursi adalah seorang komentator
brilian atas hal-hal tersebut dengan menjadikannya relevan dengan tuntutan dan
permasalahan zaman modern. Sampai saat ini, pemikiran seorang Said Nursi yang
dikumpulkan dalam sebuah kitab berjudul Risalah an-Nur yang mengilhami seluruh
generasi muslim dunia dewasa ini.
Ditambahkan lagi dalam buku ini,
dimunculkan konsep-konsep Said Nursi mengenai indentitas Islam di zaman modern,
yakni bagaimana ilmu-ilmu Islam tradisional bisa dibangkitkan kembali untuk
menyelesaikan persoalan kekuasaan dan penguasa, modernitas dan tradisi, dan
bagaimana ilmu-ilmu Islam berhubungan dengan kehidupan hari ini dan
selanjutnya. Salah satu fokus Said Nursi adalah dalam menghidupkan kembali
etika Islam dalam dunia yang sangat sekuler hari ini, tidak mustahil etos
islami dapat hidup bersama-sama dalam kehidupan
kontemporer. .
Awal Kelahiran dan Kehidupan Pendidikan
Said Nursi dilahirkan di desa Nurs,
sebuah desa yang berada di pedalaman sepanjang kaki lereng pengunungan Taurus
yang dekat dengan danau Van, provinsi Bitlis, wilayah daratan Anatolia timur
sekarang ini yang merupakan pegunungan Kurdistan.
Beliau dilahirkan di desa yang
mempunyai lembah yang kaya akan hasil pertanian dan perkebunan yang subur dan
hijau. Didesa sederhana itu pada tahun 1877 anak keempat dari tujuh bersaudara
dilahirkan. Ayah Said Nursi merupakan seorang Sufi yang bernama Sufi Mirza yang
mempunyai keterikatan kepada sebuah tarekat Khalidiyah dari ordo Naqsyabandiyah
yang kala itu menyebar pesat di komunitas penduduk kurdistan.
Said Nursi seorang ulama yang
bermazhab syafii, beliau belajar kepada ulama-ulama yang berorientasi kepada
ordo revivalis Naqsyabandi/khalidi yang menekankan pengetahuan ilmiah khusunya
studi yurispudensi (fiqh). Dalam masa belajar di madrasah di waktu kecil, Said
Nursi termasuk anak yang genius. Apapun kitab yang dipelajarinya beliau akan
memahami sangat mudah. Beliau mampu belajar dan menguasai buku-buku yang paling
sulit seperti kitab Jamu'u al Jawami'
karya imam Taqiyuddin al Subki yang merupakan kitab rujukan fiqh dalam mazhab
Syafii dan kitab Syarah Mawaqif dan Ibnu Hajar Al Haitami.
Dalam mencari ilmu, Said Nursi
menerapkan kehidupan zuhud (asketisisme). Seperti terinspirasi dari penjelasan
sebuah hadist yang terdapat dalam kitab Imam Al Ghazali Ihya Ulumuddin, beliau
mengikuti tafsir hadist "tinggalkanlah apa yang kau ragukan dan beralihlah
kepada apa yang tidak kau ragukan". Dalam praktek sehari-hari kehidupanya
pun sangat sederhana. Beliau makan dengan seadanya, meski hanya roti dan
tanaman lebih jauh lagi beliau jarang bicara.
Pada tahun 1907, usia Said Nursi
sudah mencapai dewasa. Beliau sudah diperhitungkan reputasinya diantara para
ulama di Turki saat itu. Di saat momentum seperti itu, Turki sudah digerogoti
oleh pemikiran westernisasi dan moderninasi yang tidak terarah. Kekhalifahan Ustmani
sudah mulai dirongrong oleh kelompok muda yang berhaluan sekular yang mengatasnamakan
konstitusionalime dan kebebasan. Di Istanbul, Said Nursi sudah mulai bersentuhan
dengan westernisasi dan sekularisasi. Beliau melihat bahwa sekularisme dan
westernisasi sudah sangat mempengaruhi pikiran dan pandangan golongan
terpelajar Turki sehingga menimbulkan karaguan yang besar terhadap Islam.
Di sinilah Said Nursi mulai melakukan
langkah reformasi lembaga pendidikan agama, akibat pemikiran kaum muda liberal
yang mempersalahkan Islam sebagai kemunduran turki.
Akibat terjadi benturan dan
kontradiksi antara sejumlah ihwal di luar dan di dalam antara modernisme dan
tradisionalisme, Dengan tegas Said Nursi mengatakan, Islam adalah guru serta
pembimbing ilmu pengetahuan dan pimpinan serta bapak dari segala pengetahuan.
Lebih spesifik lagi Said Nursi
menguraikan pada tataran manusiawi dengan memandang bahwa agama mewakili hati
dan nurani, sedangkan ilmu pengetahuan mewakili akal budi, keduanya penting demi
tercapainya kemajuan sejati. "Ilmu-ilmu keagamaan adalah cahaya nurani dan
ilmu-ilmu modern (arti harfiahnya"ilmu-ilmu peradaban) adalah cahaya akal
budi, kebenaran menjadi terlihat jelas dengan menggabungkan keduanya, usaha
dari para siswa akan membuat kedua sayap ini terbang.
Beliau juga mengkritik orang
yang mengagungkan kebebasan yang tidak berdasar, seperti yang beliau lontarkan
kedalam sebuah definisi tentang kebebasan: kebebasan yang indah itu terwujud
dan dihiasi tingkah laku yang baik menurut syariat, kebebasan untuk bersikap
tidak patuh dan berprilaku culas itu tidak bisa disebut kebebasan; itu
kebinatangan, itu tirani setan, itu budak yang diperintah oleh roh jahat,
kebebasan umum merupakan hasil dari bagian kebebasan individu, ciri kebebasan
ketika kita tidak merugikan diri sendiri dan maupun orang lain, artinya
kebebasan bersumber dari iman kepada Tuhan.
Said Nursi seorang ulama yang
selalu gigih memperjuangkan tegaknya Islam di Turki. Semasa muda ia melakukan
jihad bersama pasukan Utsmani untuk melawan Rusia di daerah Balkan. Setelah
runtuhnya kekhalifahan Utsmani, kehidupan Said Nursi banyak dihabiskan di dalam
penjara.
Said Nursi dijadikan sebagai
tahanan disebabkan sikap beliau yang reaksioner terhadap sekularisasi di Turki.
Beliau tanpa lelah menyuarakan Islam, terutama sekali saat beliau hidup dalam
penjara. Beliau banyak menulis, karya monumentalnya adalah Risalah an Nur yang sampai saat ini disebarkan oleh
pengikutnya. Dengan kehidupan di tengah meningkatnya tekanan penguasa sekuler yang
berhasil meruntuhkan kesultanan Utsmani, beliau tetap memberikan fokus dalam
pendidikan islam, memberikan kontribusi serta dedikasi hidupnya dan menunjukkan
bahwa revitalisasi dunia islam, kemakmuran dan kebahagiaan umat manusia berada
pada Al Quran dan Hadist melalui penjelasan para ulama-ulama, bukan pada
peradaban yang dominan terilhami oleh prinsip-prinsip yang berasal dari
manusia.
Akhir kehidupan beliau sangat
menyedihkan itu merupakan resiko seorang pejuang Islam. Beliau meninggal dalam
usia sangat tua dan dalam kondisi pengasingan dan dimata-matai oleh musuhnya. Beliau
meninggal dalam keadaan tidur dengan kondisi kesehatan memburuk pada bulan Ramadhan
23 maret 1960/25 Ramadhan 1379 H.
Kebencian kelompok militer
sekuler Turki terhadap sosok Said Nursi bukan di masa hidupnya saja, tetapi
semasa terjadi kudeta militer terhadap partai demokrat yang pro terhadap Islam
dibawah Adnan Menderes. Jenazah Said nursi yang dimakamkan dikota Dergah dipindahkan
ke sebuah tempat yang tidak diketahui saat ini. Beliau pernah berkata, buah
hasil perjuangan Islam akan terlihat dimasa depan. Seperti firasat beliau
semasa hidup;
Dalam puisinya beliau berkata:
Dalam kuburanku yang dibongkar itu tertimbun, tujuh puluh said yang
mati,
dengan dosa dan penderitaan yang kedelapan puluh sebuah batu nisan
sebuah kuburan,
semua meratapi mundurnya Islam.
Bersama dengan batu nisanku dan kuburan para Said yang merintih itu aku
berjalan menuju padang masa depan hari esok,
ku yakin langit-langit masa depan Asia akan takluk di tangan Islam yang
suci dan bercahaya.
Karena Islam menjanjikan indahnya keimanan,
Islam memberikan kedamaian
dan keamanan bagi umat manusia.
Posting Komentar