Kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonomi baru di
Eropa perkembangannya dipicu oleh industrialisasi di Eropa telah mendapat
tantangan dari Karl Marx dalam bukunya Das Capital. Marx mengkritik pemikiran
kapitalisme yang dianggap sebagai sebuah sistem yang berpihak pada kaum pemilik
modal dan mengeksploitasi kaum buruh. Hal ini lahir dari realita jaman Indsutrialisme
dimana para pemilik modal melakukan produksi secara massal yang diikuti
urbanisasi besar-besaran ke kota untuk bekerja sebagai buruh di
perusahaan-perusahaan.
Pertentangan antara kedua ideologi ini tidak terjadi dengan serta merta. Pertentangan antara kapitalisme dan sosialisme merupakan bagian dari pertentangan dialektis yang jika dilihat dari teori dialektika sosial olah filsuf Jerman George Wilhein Friederich Hegel (1770–1831) merupakan bagian dari realita sejarah yang tidak pernah terlepas dari sejarah dialektika dan kontradiksi dalam rumusan tesis, antitesis dan sintesis (Larry Krasnoff, Hegel’s Phenomenology of Spirit: 2008).
Pertentangan
antara kapitalisme dan sosialisme tidak terlepas dari sistem feodalisme. Jika
dilihat melalui runtutan tahapan sejarahnya, ketiga sistem kehidupan masyarakat
ini saling berkaitan. Menurut Karl Marx dalam teori materialisme historis,
perkembangan sistem sosial masyarakat diawali dari sistem komunal primitif,
perbudakan, feodalime, kapitalisme, sosialisme dan komunisme.
Kapitalisme
lahir dari kontradiksi atas sistem feodalime yang memberikan legitimiasi bagi
kaum feodal dalam pengelolaan atas
sistem produksi dan kepemilikan alat-alat produksi. Sistem kapitalisme sendiri
lahir dengan semangat perlawanan atas dominasi kaum feodal dalam sistem
produksi, maka ide hak kepemilikan individu atas alat-alat produksi dan
penguasaan kapital (modal) diikuti oleh kebebasan tiap-tiap individu dalam
sistem produksi yang menolak intervensi terhadap pasar sehingga melahirkan
persaingan yang sehat sesuai dengan hukum alamiah pasar yang bergantung pada
keseimbangan supply and demand. Hal
ini kemudian disebut dengan mekanisme pasar.
Perkembangan
sistem kapitalisme pada era revolusi industri diikuti dengan perkembangan
sistem produksi, para pemilik modal melakukan produksi secara massal dengan
membangun pabrik-pabrik
dan mempekerjakan para buruh dalam jumlah yang besar. Sistem produksi ini
berpegang pada prinsip efisensi dimana biaya produksi berusaha ditekan
serendah-rendahnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan
memperbesar skala produksi untuk mengurangi biaya produksi dan memberikan upah
yang minimal kepada buruh dan mendorong produktifitas dengan maksimalisasi
sumberdaya manusia, teknologi dan sumberdaya alam. Persaingan dalam
sistem kapitalime, menurut Adam Smitrh, akan berjalan dengan baik apabila
berjalan bebas dalam sistem pasar bebas (Fx.Adji Samekto, 2002).
Dalam
sistem kapitalisme, para pemilik modal yang berorientasikan keuntungan berusaha
menekan biaya produksi. Pemilik modal yang memiliki kekuatan berupa akumulasi
kapital yang besar memungkinkan mereka untuk menguasai dan menambah alat-alat
produksi dan mengatur sistem produksi.
Dalam realita masyarakat industrialis
pasca revolusi industri, pasar yang berjalan dengan bebas tanpa intervensi
pemerintah membuat mereka yang memiliki kekuatan modal yang besar memungkinkan
mereka untuk melakukan produksi secara massal, maka biaya produksi semakin
rendah dan keuntungan yang didapat makin besar. Salah satu upaya dalam menekan
biaya produksi juga dilakukan dengan memaksa para pekerja untuk bekerja dengan
durasi waktu yang lebih lama dengan upah yang minimal. Proses efisiensi dalam
produksi ini sendiri, menurut Marx dianggap sebagai bentuk eksploitasi kaum
buruh.
Kaum
buruh yang tidak menguasai alat-alat produksi secara terpaksa harus bekerja
keras dalam memproduksi komoditas mengikuti keinginan kaum pemilik modal.
Sistem kapitalisme telah menyebabkan alienisasi individu, menciptakan struktur
yang memisahkan individu dengan proses produksi, komoditas hasil produksi dan
individu lain. Alienasi tejadi karena kapitalisme berubah menjadi sistem dua
kelas, yaitu proletariat dan kapitalis (George Ritzer dan Douglas J. Goodman,
2004: 25). Pemisahan dua kelas
ini ditentukan oleh kepemilikan alat produksi. Relasi yang terbentuk antara dua
kelas ini dalam sistem kapitalisme adalah hubungan ketergantungan kaum proletar
atas upah yang diterima oleh kaum borjuis untuk berjalan hidup.
Sistem
sosialis muncul sebagai jawaban atas ketimpangan sosial dan relasi
sosial-ekonomi yang hanya menguntungkan kaum pemilik modal. Berdasarkan fenomena ini, Marx yang
melontarkan kritiknya terhadap sistem kapitalisme dalam bukunya berjudul Das
Kapital, berusaha membangkitkan kesadaran kelas dalam upaya mewujudkan sistem
sosialis. Sosialisme menekankan pada kepemilikan publik atas alat produksi,
distribusi barang tanpa motif keuntungan dan penghapusan kelas sosial dengan
penghapusan kepemilikan pribadi.
Posting Komentar